IDENTIFIKASI MAKRONUTRIEN DAN GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK (Pembahasan dan Kesimpulan))
IDENTIFIKASI MAKRONUTRIEN DAN GUGUS
FUNGSI SENYAWA ORGANIK
G.
PEMBAHASAN
Praktkum identifikasi makronutrien dan
gugus fungsi senyawa organik bertujuan untuk menentukan reaksi identifikasi
ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik dimana ikatan rangkap pada senyawa
karbon yang di uji adalah ikatan rangkap dari senyawa penyusun minyak kelapa
dan dari larutan klorofoam. Dalam percobaan dilarutkan atau dicampurkan 2
larutan yakni klorofoam dan minyak kelapa serta diberikan indikator brom pada
tabung I dan untuk tabung II dilarutkan
klorofoam dan ditambahkan indikator KMnO4. Selain itu praktikum ini juga
bertujuan untuk menentukan sifat – sifat karbohidrat secara kualitatif, dimana
penentuan sifat-sifat karbohidrat ini dilakukan dengan beberapa pengujian yakni
antara lain uji benedict, uji molisch, hidrolisis disakarida dan hidrolisis
polisakarida.
Dalam
percobaan pertama yakni, identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon
alifatik, digunakan 2 buah tabung reaksi dimana tabung reaksi pertama berisi
campuran antara 2 ml minyak kelapa yang
warna awal dari minyak kelapa adalah kuning, ditambah dengan 2 ml klorofoam
(warna awal bening) dimana didapatkan warna campuran antara minyak kelapa
dengan klorofoam adalah kuning bening, minyak dan klorofoam dapat bercampur
dikarenakan kedua larutan tersebut adalah termasuk larutan nonpolar, yang mana
jika dua buah larutan emiliki sifat yang sama maka kedua larutan dapat
larut/bercampur(polar dengan polar dan nonpolar dengan nonpolar) kemudia
ditambahkan lagi beberapa tetes larutan brom (warna awal coklat), warna larutan
pada tabung I adalah tetap kuning bening, dimana warna larutan brom yaitu
coklat tidak terlihat pada tabung reaksi I ini, yaitu yang berisi campuran
antara minyak kelapa dengan larutan klorofoam dan ditambah dengan brom, hal ini
dikarenakan larutan pada tabung I ini dalam keadaan tidak jenuh, yang mana
ketika larutan dalam keadaan tidak jenuh dapat menghilangkan warna coklat dari
larutan brom oleh karena reaksi yang terjadi ketika brom ditambahkan kedalam
larutan di tabung I terjadi reaksi adisi, yakni reaksi penambahan suatu atom
pada ikatan rangkap dalam suatu senyawa. Menghilangnya warna larutan brom pada
tabung I ini juga memperlihatkan bahwa larutan pada tabung I memilki ikatan
rangkap, adanya ikatan rangkap juga dapat dibuktikan dengan membuat persamaan
reaksinya (dengan struktur lewisnya), dimana memang terdapat/ditemukan ikatan
rangkap pada senyawa hasil reaksi antara minyak kelapa dengan klorofoam(dapat
dilihat di analisis data) . Sedangkan pada tabung reaksi II yang berisi 4 ml
klorofoam dan ditambahkan/dilarutkan beberapa tetes larutan KMnO4, dimana
jumlah tetes yang sama juga digunakan untuk penambahan brom pada tabung I, hal
ini bertujuan untuk menyamakan volume kedua larutan pada tabung I dan II.
Setelah ditambahkan larutan KMnO4 (warna awal unggu kehitaman/unggu pekat) pada
tabung II, terbentuk sekat diantara kedua larutan yakni klorofoam dengan
larutan KMnO4(dengan larutan KMnO4 berada di atas larutan klorofoam), dalam
artian kedua larutan tidak bercampur satu sama lain, analoginya adalah seperti
air dan minyak tidak dapat menyatu, hal ini dikarenakan antara klorofoam dan
KMnO4 memiliki sifat yang berbeda, yakni kloroform memiliki sifat nonpolar
sedangkan KMnO4 polar, yang mana mengakibatkan kedua larutan ini tidak dapat
bercampur, hal ini memeperlihatkan dan membuktikan bahwa dalam campuran larutan
pada tabung II ini tidak terdapat ikatan rangkap hal ini dapat kita buktikan juga
dengan membuat persamaan reaksinya serta struktur lewisnya, dimana tidak
ditemukan ikatan rangkap pada larutan klorofoam maupun pada KMnO4 sehingga
kedua larutan ini tidak dapat bereaksi (lebih jelas dapat dilihat di analisis
data).
Uji karbohidrat dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu diantaranya adalah uji molisch, benedict, iod, seliwanoff,
bial, hidrolisa disakarida, dan hidrolisa polisakarida.
Uji molisch adalah uji kimia
kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna
ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara
lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang diuji dicampur dengan reagent
Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau
homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan
melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau
hanya membentuk lapisan. H2SO4 pekat (dapat digantikan
asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk
menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch,
α-naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu.
Selanjutnya uji yang kedua ada uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui
kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji
Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid
dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun
fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi
keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana
basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Uji benedict
berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana alkalis biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat
untuk mencegah terjadinya pengendapan, CuCO3 uji positif ditandai dengan
terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.
Selanjutnya uji yang ketiga ada uji
Iod yaitu uji yang bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagent yang
digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam
potassium iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai
poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga
dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti
disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak
dapat berikatan dengan iodin. Iod memberikan warna kompleks dengan
polisakarida. Amilum memberikan warna biru pada iod, sedangkan glikogen dan
tepung yang sudah dihidrolisis sebagian (eritrodekstrin) memberikan warna merah
sampai coklat dengan iodium.
Uji yang keempat ada uji
Seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan
untuk membedakan gula (karbohidrat) yang diuji masuk kategori
ketosa atau aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehida, sedangkan
ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari uji ini adalah bahwa ketosa lebih cepat
terdehidrasi dibandingkan aldose saat dipanaskan. HCl dalam reagen seliwanof akan
mendehidrasi gula menjadi furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol
membentuk senyawa berwarna merah ceri. Dengan uji ini, gula ketosa seperti
fruktosa akan menghasilkan warna merah ceri, sedangkan gula aldosa seperti
glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak muncul warna merah pada
larutan. Namun apabila pemanasan tidak sesuai dengan prosedur (lebih dari 5
menit), gula aldosa kadang akan menghasilkan warna merah muda.
Sedangkan sukrosa (gabungan antara fruktosa dan glukosa) akan menghasilkan
warna merah ceri karena adanya fruktosa di dalamnya.
Uji kelima ada uji Bial yaitu uji
yang dilakukan untuk membuktikan adanya pentose. Dasar teori dari uji bial
adalah dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dan dengan
penambahan orsinol (3,5-dihidroksi toluena) akan berkondensasi membentuk
senyawa kompleks berwarna biru. Pereaksi
Bial dibuat dengan melarutkan 5,0 gram orsinol dalam alkohol 95% sampai
volume 100 mL. Pemanasan
pentosa akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol dan ion
feri. Hasil pemanasan akan menghasilkan warna biru kehijauan yang menunjukkan
adanya gula pentosa.
Yang keenam ada hidrolisis disakarida
adalah proses penguraian disakarida yang merupakan karbohidrat menjadi dua monosakarida
yang sama atau berbeda. Contohnya yaitu sukrosa yang jika dihidrolisis akan
menghasilkan glukosa dan fruktosa.
Kemudian yang terakhir adalah
hidrolisis polisakarida yaitu proses penguraian polisakarida yang
merupakan polimer monosakarida yang memiliki bobot molekul yang tinggi menjadi monosakarida dengan jumlah lebih
dari sepuluh monosakarida, contohnya amilum, glikogen, dan selulosa.
Pada praktikum kali ini telah
dilakukan pengujian karbohidrat dengan uji Molisch, dimana dalam uji ini
digunakan empat buah tabung yang masing-masing tabung di isi dengan 2 ml
glukosa , 2 ml fruktosa, 2 ml sukrosa, dan 2 ml amilum. Setelah itu setiap
tabung diberi 2 tetes pereaksi molisch yaitu α-naphthol yang terlarut dalam
etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi (yang dilakukan dengan pengocokan
tabung reaksi), H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan
melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau
hanya membentuk lapisan. H2SO4 pekat berfungsi untuk
menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini
kemudian bereaksi dengan pereaksi Molisch, α-naphthol membentuk cincin yang
berwarna ungu, di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel.
Terbentuknya cincin unggu ini menandakan reaksi positif mengandung karbohidrat.
Dimana jika cincin ungu yang terbentuk tebal maka sampel larutan tersebut
memiliki rantai karbon (C) pendek dan jika cincin ungu yang terbentuk tipis
maka sampel larutan tersebut memiliki rantai karbon (C) panjang. Dimana
berdasarkan hasil pengamatan pada saat uji molisch untuk empat buah larutan
didapatkan hasil sampel larutan yang memiliki rantai karbon (C) paling pendek
adalah larutan glukosa, sedangkan sampel larutan yang memiliki rantai karbon
(C) paling panjang adalah amilum.
Selain uji molisch juga dilakukan uji benedict yang dalam proses praktikum telah
digunakan 4 buah tabung reaksi, dimana setiap tabung reaksi dimasukkan 2 ml
larutan benedict(warna awal biru tua) kemudian dimasukka glukosa pada tabung I, fruktosa pada tabung
II, sukrosa pada tabung III, dan amilum
pada tabung IV, (warna awal glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum adalah
bening) masing –masing sebanyak 2 tetes didapatkan warna campuran larutan
adalah biru bening. Setelah itu dilakukan pemanasan selama 5 menit pada keempat
tabung ini, setelah itu keempat tabung diangkat dan didapati pada tabung I dan
II didapatkan hasil uji positif yakni terjadi perubahan warna yakni menjadi
merah bata dan terbentuk endapan merah bata, yang dimana endapan merah bata ini
dapat terbentuk dikarenakan pada larutan terdapat OH reduksi. Hal ini
memperlihatkan dan membuktikan bahwa dalam sampel larutan pada tabung I dan II terdapat karbohidrat.
Sedangkan pada tabung III dan IV didapatkan hasil uji negative yang mana
ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna pada kedua larutan ini dan juga
tidak terbentuk endapan merah bata. Tidak terbentuknya endapan merah bata
memperlihatkan kedua sampel larutan ini tidak terdapat OH reduksi, namun kedua
larutan ini yakni sukrosa dan amilum bukan tidak termasuk karbohidrat, kedua larutan
ini mengandung karbohidrat namun untuk membuktikannya diperlukan asam/basa kuat
untuk menghidrolisis sukrosa yang merupakan disakarida dan amilum yang
merupakan polisakarida menjadi monosakarida penyusunnya, dan untuk larutan
glukosa dan fruktosa dapat langsung diketahui bahwa kedua larutan ini
mengandung karbohidrat karena kedua larutan ini merupakan monosakarida.
Selain uji
molisch, telah dilakukan juga hidrolisis disakarida untuk menguji ada atau
tidaknya karbohidrat dalam sampel larutan, dimana hidrolisis disakarida pada
percobaan yang telah dilakukan mengguanakan 2 tabung reaksi yang masing–masing
berisi 3 ml sukrosa 2%, dan pada setiap tabung ditambahkan 3 ml air (aquades),
setelah penambahan aquades pada larutan sukrosa 2% tidak terjadi perubahan
warna hal ini tentu karena air (aquades ) adalah pelarut universal, kemudian
setelah itu ditambahkan 10 tetes larutan HCl 1M pada tabung reaksi I dimana
penambahan ini dilakukan agar disakarida dapat dihirolisis menjadi monosakarida
penyusunnya, dan warna campuran setelah penambahan adalah tetap bening,
kemudian tabung reaksi tersebut dipanaskan pada air mendidih selama 5 menit,
pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaski dimana setelah pemanasan, suhu
larutan dijadikan suhu ruang sekitar kurang lebih 25oC. Setelah itu
ditambahkan 10 tetes NaOH kedalam tabung reaksi I (tidak terjadi perubahan
dimana warna larutan tetap bening) dan setelah itu secara bersamaan ditambahkan
10 tetes larutan benedict(warna awal biru tua) kedalam tabung reaksi I dan II,
hasil yang didapat adalah pada tabung I warna campuran larutan berubah mejadi
hijau menuju orange, sedangkan pada tabung I warna campuran larutan menjadi
biru, seperti warna larutan benedict. Perubahan warna menunjukkan bahwa larutan
pada tabung reaksi I mengandung karbohidrat dimana suatu larutan jika mengandung
karbohidrat maka uji positif akan ditandai dengan terbentuknya larutan hijau,
merah, orange atau merah bata serta adanya endapan. Sedangkan pada tabung II,
terjadi perubahan warna namun warna yang diperlihatkan adalah warna biru, yakni
warna dari benedict yang sebelumnya ditambahkan pada tabung tersebut, sehingga
hasil uji pada tabung reaski II ini dikatakan negatif, karena tidak menunjukkan
perubahan warna yang dikategorikan uji positif. Uji negatif pada tabung II ini
menunjukkan bahwa sukrosa yang merupakan disakarida tidak dapat dihidrolisis
menjadi monosakarida penyusunnya.
Pengujian
terakhir dalam praktikum kali ini adalah hidrolisis polisakarida yaitu proses
penguraian polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang
memiliki bobot molekul yang tinggi menjadi monosakarida dengan jumlah lebih dari
sepuluh monosakarida.
Dalam praktikum ini pengujian dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya
karbohidrat dalam sampel larutan yang diujikan, dimana dalam pengujian
digunakan tiga buah tabung reaksi. Pertama dimasukkan 2 ml amilum 2% kedalam
tabung I dan II, kemudian ditambahkan 10 tetes larutan HCl 1M (warna campuran
tetap bening) pada tabung reaksi I, penambahan HCl pada tabung I ditujukan agar
polisakarida dapat dihirolisis menjadi monosakarida penyusunnya. Setelah itu
tabung reaksi I dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit, pemanasan
dilakukan untuk mempercepat reaksi. Kemudian tabung diangkat dan didapati warna
larutan setelah dipanaskan adalah tetap bening, kemudian diambil 10 tetes
larutan pada tabung tersebut dan di masukkan kedalam tabung reaksi III. Sisa
larutan pada tabung I kemudian ditambahkan dengan 10 tetes NaOH 1 M (warna
campuran tetap bening), kemudian ditambahkan 10 tetes reagen benedict (warna
awal benedict biru tua) dan warna larutan pada tabung I menjadi biru muda, kemudian
tabung reaksi I dipanaskan kembali, pemanasan kembali ini dilakukan untuk
mempercepat degredasi warna atau mempercepat hidrolisis karbohidrat, setelah
dipanaskan warna larutan menjadi hijau menuju orange, hal ini memperlihatkan
bahwa uji larutan pada tabung I positif mengandung karbohidrat dan amilum yang merupakan polisakarida dapat
di hidrolisis menjadai monosakarida penyusunnya. Sedangkan pada tabung II dan III di tambahkan masing-masing
2 butir iodium, warna larutan pada tabung II berubah menjadi biru dongker
tetapi iodium tidak larut sempurna, sedangkan pada tabung III setelah
penambahan iodium warna larutan menjadi biru dongker juga, namun pada tabung
III ini iodium larut sempurna. Hal ini
disebabkan karena pada tabung II amilum tidak dipanaskan dan tidak diberi
asam/basa sebagai penghindrolisis polisakarida ini, sehingga pada tabung II
amilum tidak terhidrolisis menjadi monosakarida penyusunnya yang dimana setelah
ditambahkan indikator iodium, iodium pun tidak larut sempurna, dan larutan pada
tabung II ini tetap berupa polisakarida. Sedangkan pada tabung III sebelumnya
telah ditambahkan HCl serta telah dipanaskan sehingga amilum yang merupakan
polisakarida dapat terhidrolisis dan sehingga setelah ditambahkan indikator
iodium, larutan akan berubah warna menjadi biru dongker dan iodium larut
sempurna hal ini disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa, dan
larutan dalam tabung III ini adalah berupa amilodekstrin.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan praktikum yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa :
1.
Penentuan reaksi identifikasi ikatan
rangkap pada senyawa karbon alifatik dimana ikatan rangkap pada senyawa karbon
yang di uji adalah ikatan rangkap dari senyawa penyusun minyak kelapa dan dari
larutan klorofoam. Dalam percobaan dilarutkan atau dicampurkan 2 larutan yakni
klorofoam dan minyak kelapa serta diberikan indikator brom pada tabung I dan
untuk tabung II dilarutkan klorofoam dan ditambahkan indikator KMnO4. Ternyata
didapatkan bahwa pada tabung I terdapat ikatan rangkap yang mana ditandai
dengan hilangnya warna coklat dari brom pada saat di brom ditambahkan ke dalam
larutan pada tabung ini. Sedangkan pada tabung II tidak terdapat iktan rangkap
yang ditandai dengan tidak percampurnya larutan dari klorofoam dengan KMnO4.
2.
Sifat – sifat dari karbohidrat dalam
percobaan ini ditentukan secara kualitatif, yakni dengan melakukan beberapa
pengujian, diantaranya; tes molisch, benedict, hidrolisis disakarida, dan
hidrolisis polisakarida. Pada tes molisch uji positif ditandai dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu dengan ketebalan yang berbeda – beda yang
menandakan perbedaan panjang cincin karbon. Tes benedict, uji positif ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, merah, orange atau merah bata,
serta adanya endapan. Sedangkan pada hidrolisis disakarida dan hidolisis
polisakarida uji positif ditandai dengan perubahan warna hijau menuju orange,
serta indicator dapat larut sempurna.
Harap tinggalkan jejak..
@novia._.inda
Komentar
Posting Komentar